KOMPAS.com – Presiden Prabowo Subianto ingin Indonesia mempercepat pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Salah satu upayanya dengan meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok baterai untuk industri mobil listrik.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyampaikan hal itu usai rapat terbatas dengan Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
“Kita kan sudah committed untuk Net Zero Emission (NZE) di 2060, malah keinginan dari Pak Presiden bisa dicapai lebih cepat,” ujar Rosan, seperti dilansir Antara.
Potensi Besar di Industri Kendaraan Listrik
Rosan menyebut Indonesia memiliki potensi besar dalam rantai pasok kendaraan listrik. Ketersediaan sumber daya nikel dan fasilitas daur ulang baterai menjadi keunggulan utama.
Produksi mobil listrik di Indonesia saat ini sekitar 1,2 juta unit per tahun. Angka itu diproyeksikan meningkat menjadi 2,5 juta unit pada 2030.
Namun, Rosan menilai pengembangan manufaktur mobil listrik di dalam negeri masih perlu diperkuat.
“Beberapa produsen mobil listrik asing seperti Hyundai, BYD, dan Wuling sudah berinvestasi di Indonesia, tetapi masih atas nama masing-masing perusahaan,” katanya.
Peran Lebih Besar dalam Industri Otomotif
Pemerintah ingin Indonesia memiliki peran lebih besar dalam industri kendaraan listrik. Salah satu caranya dengan mengembangkan merek lokal seperti Maung.
“Kita akan kerjakan lebih lanjut lagi. Maung kan sudah ada, nanti kita lihat untuk pengembangan ke depannya juga. Saya sih lebih dari segi investasinya lah. Bagaimana dari pengembangan itu, hitung-hitungannya nanti seperti apa,” ujar Rosan.