Dari Dapur Keluarga Menuju Pasar Nusantara – Kisah Inpiratif Christina Dwi Laras dan Larasta

A person standing on a stage

AI-generated content may be incorrect.
Penerima penghargaan Best Pitching Participant
dalam kegiatan Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2 di Semarang

Dalam ajang Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2 yang digelar di Semarang pada 11 Juni 2025, terutama saat sesi Demo Day yang berlanjut ke Pitching Sessionn, perhatian tertuju pada sosok perempuan tangguh dari Magelang, Christina Dwi Laras. Dengan presentasi yang lugas, penuh semangat, dan berbasis pengalaman nyata membangun usaha, ia berhasil meraih penghargaan Best Pitching Participant, sebuah pengakuan atas kemampuannya menyampaikan arah dan nilai dari bisnis yang ia jalankan. Penghargaan ini bukan hanya tentang kecakapannya berbicara, tetapi juga refleksi dari kerja keras dan ketekunan seorang perempuan dalam mengembangkan dan memodernisasi usaha warisan keluarga.

Usaha yang ia kelola, Tahu Larasta, adalah buah dari tangan pertama sang ibu, Yustina Suprapti, yang memulainya pada tahun 2013 dari dapur sederhana di Tidar Campur RT 04 RW 01, Tidar Selatan, Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Awalnya, usaha ini hanyalah kegiatan rumahan yang memproduksi camilan khas berbahan dasar kedelai seperti keripik tahu, tahu pong, rolade tahu, dan keripik tahu kelereng. Produk-produk ini dikenal akan kerenyahan dan kelezatannya, serta dijaga mutunya dengan bahan pilihan dan proses higienis.

Ketika Christina melanjutkan tongkat estafet, ia tidak sekadar mempertahankan, tetapi juga membawa usaha ini naik kelas. Sebagai perempuan yang paham pentingnya adaptasi, ia melakukan pembaruan pada kemasan, memperkuat branding dengan tampilan yang lebih modern dan menarik. Ia juga membuka akses distribusi seluas mungkin baik melalui penjualan online, media sosial, marketplace, maupun secara offline melalui gerai oleh-oleh, supermarket lokal, hingga Indomaret di seluruh Kota Magelang. Berkat strategi yang konsisten dan inovatif ini, omzet tahunan Tahu Larasta kini telah mencapai kisaran Rp3,5 miliar hingga Rp4 miliar per tahun, pencapaian yang mencerminkan keberhasilan transformasi usaha rumahan menjadi industri skala UMKM unggulan.

Baca Juga:  Pesan Habib Luthfi Terkait Deklarasi Gerakan Solidaritas Indonesia
A bag of food on a table

AI-generated content may be incorrect.
Dua varian andalan Tahu Larasta: Keripik Tahu Kelereng dan Keripik Tahu Belah camilan gurih khas Magelang yang kini hadir dalam kemasan modern

Tak hanya itu, Christina juga mengurus sertifikasi halal dan izin PIRT, dua hal penting agar produknya bisa bersaing secara legal dan profesional. Semua langkah ini ia tempuh dengan penuh kesungguhan, menjadikan Tahu Larasta sebagai salah satu pelaku UMKM Magelang yang tidak hanya bertahan, tetapi berkembang pesat.

Kini, Larasta telah memiliki pabrik sendiri yang berlokasi di Sentra IKM Tahu Magelang sebuah fasilitas produksi yang berizin resmi dan tertata oleh pemerintah setempat. Proses produksi juga diiringi dengan komitmen lingkungan, di mana limbah cair diolah melalui IPAL Tahu Tidar, sehingga tidak mencemari sungai di kawasan Tidar Selatan. Selain itu, limbah industri kering dari produksi tahu pun dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh 30 peternak sapi di Boyolali dan 5 peternak ayam menciptakan ekosistem usaha yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Di sisi sosial, Christina memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dari desa, tanpa mensyaratkan latar belakang pendidikan atau keterampilan. Mereka diberikan pelatihan dan kesempatan bekerja dari rumah. Saat ini, 64% dari seluruh karyawan Larasta adalah perempuan—bukti bahwa usaha ini bukan hanya tentang produksi tahu, tetapi juga tentang membuka ruang aman, produktif, dan bermakna bagi perempuan sekitar.

Partisipasinya dalam WEC Season 2 menjadi momentum yang memperkuat arah kepemimpinannya. Selama enam bulan program berlangsung, Christina aktif mengikuti pelatihan dan mentoring yang memperluas cara pandangnya dalam membangun usaha yang berdampak. Dalam sesi wawancara, ia mengungkapkan:

“Mengikuti WEC memberi saya wawasan dan insight baru tentang bagaimana terus berinovasi dan meng-upgrade usaha ini. Saya ingin sebagai perempuan pelaku usaha tidak hanya berdaya, tapi juga bisa memberdayakan perempuan lain di sekitar saya. Membangun harapan, membuka pintu rezeki, dan menciptakan ruang aman untuk para ibu hebat yang selama ini mungkin belum punya kesempatan.”

Christina juga terus aktif mengembangkan diri. Ia rutin mengikuti kegiatan pengembangan usaha, seperti Trade Expo Indonesia, berbagai pameran lokal di Magelang, serta menjalin koneksi lewat komunitas dan jejaring ekspor. Baginya, usaha bukan hanya soal memasarkan produk, tetapi juga tentang membangun nilai, memperluas dampak, dan membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk bisa mandiri secara ekonomi.

Baca Juga:  Rosan Roeslani Pastikan GSN Tak Akan Ganggu Kinerja Kabinet Merah Putih

Melangkah ke depan, Christina tengah menyiapkan berbagai inovasi varian rasa baru untuk produk Tahu Larasta, agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen dan selera pasar. Tak hanya itu, ia juga mulai memperluas akses pemasaran ke tingkat internasional, dengan langkah-langkah menuju ekspor produk ke berbagai negara. Dalam roadmap yang ia paparkan saat sesi pitching, Larasta mentargetkan pembangunan pabrik tertutup dengan empat unit kompor gas industri, serta pengadaan mesin modern untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. Ia juga tengah mempersiapkan izin BPOM agar produknya dapat menjangkau pasar lebih luas dengan jaminan legalitas dan keamanan.

Dan dari semua pencapaian yang diraih, Christina tetap konsisten memegang prinsip dan tagline yang kini menjadi identitas Larasta:

“Buat Semua Tahu, Larasta Tahu.”
Kontak : Christina Dwi laras

Hp. : 0815-7845-7779
Email :
tahularasta@gmail.com
Instagram : @merularasta_food

ULASAN

Penghargaan Best Pitching yang diperoleh Christina Dwi Laras bukanlah hasil kebetulan, melainkan akumulasi dari proses inovatif, eksekusi yang rapi, dan kemampuan komunikasi yang meyakinkan. Ini adalah contoh nyata bagaimana seorang pengusaha perempuan dapat mengintegrasikan kreativitas, strategi, dan kepercayaan diri dalam membangun bisnis yang berdampak dan menginspirasi. Bisnis olahan yang berbahan baku kedelai, seperti tahu, sebagaimana dibuat Christina Dwi Laras sesungguhnya sangat banyak ditemui diberbagai penjuru kota. Tetapi melalui ketekunan, inovasi dan visi pemberdayaan untuk lebih meningkatkan nilai produk yang dihasilkan telah membawa Tahu Larasta menjadi merek yang diperhitungkan di pasar modern, memiliki kelas dan pasar tersendiri. Usaha keluarga yang dijalankan dengan hati dan strategi ini, dapat menjadi contoh ketangguhan perempuan dalam dunia wirausaha.

Lebih dari sekadar cerita sukses UMKM, perjalanan Christina menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam membangun ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Perubahan—melalui inovasi produk, pembaruan kemasan, perluasan distribusi dan pasar, sertifikasi halal, merupakan langkah berani dalam menghadapi tantangan industri pangan olahan yang kompetitif. Christina telah menunjukkan bahwa ketika perempuan diberi ruang dan dukungan, mereka mampu memimpin usaha yang tidak hanya bertumbuh, tetapi juga berdampak sosial.

Baca Juga:  Membingkai Kearifan Lokal Menjadi Kekuatan Global - Kisah Inspiratif Novita Hermawan dan Agrominafiber

Ia telah memberi contoh bahwa kepemimpinan perempuan tidak selalu hadir dalam skala besar atau korporasi, tetapi bisa dimulai dari usaha kecil yang penuh makna. Menciptakan ruang aman bagi perempuan di sekitarnya untuk berkembang, membuka peluang kerja, dan membangun narasi baru tentang perempuan sebagai penggerak ekonomi rumah tangga yang profesional.

Dalam konteks yang lebih luas, kisah Christina menjadi inspirasi bagi generasi muda dan pelaku usaha lainnya bahwa keberhasilan tidak harus dimulai dari modal besar. Ia dimulai dari kesungguhan, dari rasa cinta terhadap apa yang dikerjakan, dan dari keyakinan bahwa produk lokal bisa bersaing asal dikelola dengan cerdas. 

Sebuah kisah yang pantas dicontoh, dibagikan, dan terus diberi ruang untuk tumbuh.

(Fer dan St) 

Artikel Terpopuler

spot_img

Lainnya dari Penulis

Menjahit Kemandirian, Merangkai Ruang Inklusi – Kisah Inpiratif Anna Oktavia dan RDShop Semarang

Pada malam puncak Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2 yang digelar di Semarang, 11 Juni 2025, sorotan tertuju pada seorang perempuan tangguh yang dikenal...

Membingkai Kearifan Lokal Menjadi Kekuatan Global – Kisah Inspiratif Novita Hermawan dan Agrominafiber

Di tengah gemuruh tantangan ekonomi dan lingkungan pasca pandemi, sebuah kisah inspiratif tumbuh dari desa di Kebumen, Jawa Tengah. Kisah ini dimulai dari keputusan...

Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2

SEMARANG, 11 Juni 2025 - Pelaksanaan Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2 telah berlangsung baik dan lancar, serta memberi manfaat bagi para peserta yang...