Pada malam puncak Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2 yang digelar di Semarang, 11 Juni 2025, sorotan tertuju pada seorang perempuan tangguh yang dikenal aktif dan penuh dedikasi sepanjang program. Anna Oktavia, pendiri RDShop Semarang, dinobatkan sebagai Most Active Participant, sebuah penghargaan yang diberikan kepada peserta yang menunjukkan peran paling aktif dan berdampak dalam membangun ekosistem usaha yang inklusif dan berkelanjutan.
Penghargaan tersebut bukan semata pencapaian pribadi, tetapi cerminan dari dedikasi panjang Anna dalam memberdayakan komunitas difabel melalui ruang wirausaha yang dibangunnya sejak 2017. RDShop Semarang, yang berlokasi di
Jl. Untung Suropati Kav. 14 No.56, Manyaran, Semarang, bukan hanya toko, melainkan ruang kreatif yang menjadi etalase semangat, harapan, dan karya para penyandang disabilitas.
Anna adalah penyandang cerebral palsy, kondisi yang ia alami sejak usia dua tahun akibat demam tinggi. Namun keterbatasan fisik tak pernah ia jadikan alasan untuk berhenti bermimpi. Justru dari pengalamannya sebagai penyandang disabilitas, Anna memahami betapa pentingnya ruang yang aman dan produktif bagi teman-teman difabel untuk belajar, berkarya, dan tumbuh secara mandiri. Dari pemahaman itulah lahir gagasan membentuk RDShop sebagai perpanjangan tangan dari komunitas Roemah Difabel (RD) yang ia kelola bersama rekan-rekan di Komunitas Sahabat Difabel (KSD).
Melalui RDShop, Anna memperkenalkan berbagai produk hasil karya sahabat difabel, mulai dari tas rajut, dompet sulam, lukisan, boneka, masker kain, hingga makanan ringan dan produk berbasis kerajinan tangan lainnya. Semua hasil karya ini bukan hanya bernilai estetik, tetapi juga menyimpan makna solidaritas, perjuangan, dan keberanian. Produk-produk ini dijual secara daring melalui akun Instagram @rdshopsmg, dipamerkan dalam berbagai bazar, hingga digunakan sebagai souvenir resmi oleh hotel dan instansi pemerintahan. Bahkan beberapa di antaranya telah menembus pasar luar negeri.
Di balik produk-produk itu, berdiri sebuah sistem pembelajaran yang sangat hidup. Di Roemah Difabel, kegiatan tak terbatas pada produksi barang. Komunitas ini membuka ruang pembelajaran luas bagi para difabel, mulai dari kelas menjahit, menyulam, komputer, calistung, etika, public speaking, kelas seni seperti angklung dan paduan suara, olahraga, fotografi, hidroponik, hingga pelatihan MC dan moderator. Semuanya bertujuan memberi ruang bagi para difabel untuk menemukan potensi terbaik dalam dirinya.
Anna sendiri aktif di berbagai kelas dan terus mengembangkan dirinya. Ia pernah mengikuti pelatihan penulisan kreatif dan kini telah menjadi kontributor dalam lebih dari 10 buku antologi inspirasi. Ia juga tergabung dalam tim konten digital Roemah Difabel, mengelola media sosial komunitas, membantu editing toko daring, bahkan sering tampil sebagai MC dan moderator di berbagai kegiatan publik. Dari seorang peserta pelatihan, Anna menjelma menjadi figur penggerak yang mampu mengkoordinasi event, membuat skrip acara, hingga menyusun press release.
Dalam keterbatasannya, Anna menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Ia menggerakkan roda organisasi yang berjalan tanpa donatur tetap. Operasional harian komunitas didukung oleh hasil penjualan produk, partisipasi dalam pameran, dan kerja sama sukarela dari para pengajar. Para relawan yang mengajar pun tidak mendapat honor, hanya diberi uang transportasi dari iuran peserta. Namun justru dalam kesederhanaan itu, semangat yang tumbuh terasa tulus dan mengakar.
Dari yang awalnya hanya belasan anggota, kini komunitas difabel yang dikelola Anna telah berkembang hingga lebih dari 100 orang, dan sekitar 50 orang masih aktif mengikuti pelatihan setiap minggunya. Banyak di antara mereka kini telah mandiri dan bekerja di perusahaan kosmetik, garment, BUMN, hingga menjadi penulis dan pelaku usaha rumahan. Bagi Anna, setiap kisah perubahan itu adalah kemenangan kecil yang lebih bermakna dari sekadar omzet penjualan.
Partisipasinya dalam WEC Season 2 semakin memperluas dampak dan jaringan RDShop. Anna menyebut bahwa keikutsertaannya dalam program tersebut membuka cakrawala baru tentang bagaimana membangun usaha bukan hanya secara teknis, tapi juga secara strategis dan emosional. “Saya belajar bahwa membangun ekosistem usaha itu bukan hanya soal produk, tapi bagaimana menghidupkan lingkungan yang saling menguatkan,” ujarnya.
Melalui pelatihan, jejaring, dan sesi mentoring WEC, Anna semakin percaya diri untuk membawa produk dan visinya ke panggung yang lebih luas. Ia juga mulai menata strategi branding, memperkuat dokumentasi kegiatan, serta membangun narasi inklusivitas sebagai nilai utama RDShop. Apa yang dibangun Anna bukan hanya tentang keberhasilan ekonomi, tapi tentang menghadirkan ruang yang memberi tempat bagi semua orang untuk tumbuh tanpa diskriminasi, tanpa label keterbatasan.
Kisah Anna Oktavia adalah gambaran nyata tentang bagaimana ketangguhan dan empati bisa menjadi fondasi utama sebuah usaha sosial. Dari sebuah rumah sederhana di Manyaran, tumbuhnya tempat yang menjahit kemandirian, merajut semangat, dan memberi panggung bagi yang selama ini kerap diabaikan. RDShop bukan hanya ruang produksi, tetapi ruang inklusi.
Dan dari panggung WEC, semangat itu kini bergema lebih luas dan menginspirasi. Dalam hubungan itu, dunia usaha juga bisa menjadi alat transformasi sosial, dan perempuan seperti Anna Oktavia adalah bukti nyata yang menunjukkan perubahan bisa dimulai dari siapa saja, di mana saja, diiringi semangat yang tidak pernah menyerah.
Kontak : Anna Oktavia
Hp. : 0896-0519-7991
Email : annaoktavia1879@gmail.com
Istagram : @rdshopsmg
ULASAN
Dibalik keterbatasan yang dimiliki, mereka menghadirkan kekuatan luar biasa yang menginspirasi banyak orang. Tentu hal ini perlu diapresiasi, semangat dan ketangguhan kaum difabel sungguh telah membuka mata dan hati bagi kebanyakan orang yang hidup normal. Mereka menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk mandiri, produktif, dan berkarya. Setiap produk dan layanan yang dihasilkan bukan hanya soal kualitas, tetapi juga cermin dari perjuangan, dedikasi, dan nilai kemanusiaan yang luhur.
Usaha yang dijalankan oleh kaum difabel layak mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Dengan membeli dan mempromosikan produk mereka, kita tidak hanya membantu perekonomian, tetapi juga membangun masyarakat yang inklusif, setara, dan saling menghargai.
Kelebihan usaha kaum difabel, umumnya memiliki kreativitas tinggi, karena dalam keterbatasan seringkali melahirkan solusi kreatif, teknik baru atau pendekatan yang berbeda dalam berwirausaha. Selain itu, mereka memiliki loyalitas dan konsistensi, mengingat usaha itu menjadi bentuk pembuktian dan sumber keberdayaan utama mereka. Usaha difabel juga memiliki nilai sosial yang kuat, yang dapat dilihat dari produk atau layanan yang diberikan sering mengandung nilai sosial, yang membuatnya lebih bermakna dan memiliki daya tarik tersendiri di pasar. Hal yang membanggakan juga karena usaha difabel sering mendapat dukungan dari komunitas, Lembaga sosial, CSR perusahaan, dan pemerintah, sehingga bisa memperluas peluang dan jangkauan pasar. Hal penting lainnya, usaha difabel ini mengangkat citra inklusivitas, sehingga banyak konsumen dan mitra bisnis merasa bangga dan terdorong untuk mendukung usaha yang memberdayakan kaum difabel. Dengan bengitu mereka akan turut serta dalam Gerakan sosial yang positif. Untuk itu, mari kita buktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berkarya. Justru dari sanalah lahir inovasi, keuletan, dan semangat yang murni.
(Fer & St)